Home Menulis Menulis itu kok susah ya?
Menulis - April 7, 2012

Menulis itu kok susah ya?

Apakah kalian merasakan seperti saya? Semenjak tamat SMA saya meluncurkan blog ini ke dunia maya dengan niat harus menulis sehari sekali, minimal seminggu sekali. Kenyataannya beberapa kali niat itu terlantar dan akhirnya blog ini hampa selama beberapa bulan. Sebenarnya apa sih susahnya menulis?

Ketiadaannya ide atau gagasan: apa yang mau disampaikan di tulisan tersebut. Tentu saja yang paling pertama jadi penghalang menulis adalah ini. Kita tidak mau kan, tulisan kita di blog tidak berbobot. Tentu saja tidak mau. Ada perbedaan status Facebook dengan tulisan blog seperti ini bukan.

Akan tetapi, seringnya miskin gagasan bukanlah masalah utama dari tidak adanya tulisan. Gagasan ada sih, tapi menjabarkannya menjadi tulisan yang apik alias eksekusinya lah yang sulit. Hal ini sering terjadi pada saya. Terkadang saya takut tulisan ini terlalu remeh atau mungkin terlalu pendek. Terkadang saya susah mencari acuan yang bisa diterima. Terkadang saya ingin tulisannya seilmiah mungkin. Terkadang saya bermaksud latihan bahasa lain dengan tema tertentu. Tetapi ya itu, eksekusinya susah. Setidaknya dipikiran saya.

Masalah lain yang bisa menimpa penulis adalah gaya penulisan. Terdapat banyak gaya penulisan: populer, ilmiah, fantasi, prokem, akrab, kaku. Pemilihan gaya tulisan bisa memudahkan penulis dalam usaha mejabarkan gagasannya tetapi bisa juga membatasi penulis. Misalkan saja gaya tulisan keperian yang ada di tulisan saya belakangan. Gaya tulisan sebelumnya dan tulisan ini juga sedikit berbeda saat saya sebagai penulis tulisan mengacu diri saya sendiri: di sana memakai ‘penulis’, di sini memakai ‘saya’. Terkadang kita ingin kan membuat kagum pembaca kita dengan gaya tulisan kita yang beda, dan terkadang ini malah nyusah-nyusahin.

Saya juga sebenarnya ingin sekali menulis novel atau cerpen. Cerpen jauh lebih sederhana tetapi sepertinya karena pendek jadi pendramaan jauh lebih penting dibanding dasar cerita. Gaya novel jauh lebih mudah tentunya dibanding tulisan resmi. Akan tetapi, eksekusi penulisan novel jauh-jauh lebih sulit digabung dengan gagasan yang rumit.

Oh ya, Saya belum pernah menulis novel. Tetapi di awal penulisan saat coba-coba, yang paling susah adalah mengarang nama dan karakter tokoh. Susahnya minta ampun. Bagaimana mau memberi nama buat anak ya?

Tulisan saya yang tepat sebelum ini: Biasakan Pakai Bahasa Indonesia yang Indonesiawi sudah ada idenya cukup lama, hampir satu bulan. Penulisannya ditunda-tunda karena saya sulit memikirkan contoh dan penjabaran yang bagus. Akan tetapi, akhirnya kemarin saya paksakan juga menulisnya. Paksakan. Ya, paksakan dengan prinsip “Maju Magnum“: buka WordPress, tulis judul, tulis tulisan di kotak teks, diam mikir, tulis lagi. Begitu sampai selesai.

Setelah sedikit menulis, saya memperkirakan waktu yang diperlukan adalah satu jam, paling lambat satu setengah jam, atau dua jam setelah mempertimbangkan hukum Hofstadter. Akan tetapi, setelah dilaksanakan waktu empat jam pun berlalu.

Oh iya, saya memulai tulisan dengan membuat gagasan tiap alinea terlebih dahulu. Beberapa hal yang mau disampaikan. Yah, sama seperti yang diajarkan di SMP-SMA tetapi tidak pernah kita terapkan itu. Di akhir tulisan ini juga saya lampirkan (baca: tidak saya hapus) kerangka dari artikel ini.

Jadi kawan, inilah saran dari saya untuk saya dan kawan-kawan. Jika ingin menulis sesuatu, mungkin lebih baik seperti penjelasan pada artikel Hofstadter’s Law: A Hard to Escape Truth kita tidak perlu merencanakan terlalu jauh. Cukup tulis-tulis saja sekenanya dahulu. Langsung mulai, itu yang lebih utama. Untuk memudahkan, pilih gaya menulismu dan buat kerangkanya. Ternyata ilmu dari pelajaran bahasa Indonesia di SMP-SMA itu tidak sepenuhnya bohong kawan.

.

Kerangka tulisan ini :

Nulis susah. Tetapi bukan masalah ide. Ide banyak, eksekusi? Butuh acuan? Takut kependekan jadi gak berbobot?

Style? Menulis dengan EYD susah. Takut Indolish…

Pingin nulis novel. Mengarang nama itu susah.

Kejadian nyata kemarin saat nulis Indonesiawi. Prediksi 1 jam, plg lama 1,5 jam atau 2 jam dg hukum Hofstadter. Nyatanya 4 jam.

Saran untuk saya sendiri dan semua ke depan. Pake kerangka dulu sama kyk menulis tulisan ini dan sebelumnya. Kayak diajarin waktu SMP-SMA tapi gak pernah dipakai.

.

Oh iya, satu lagi yang penting. Jangan lupa sebisa mungkin menghindari Indolish, sesuai jiwa tulisan saya sebelum ini. Berikut catatan keberhasilan mengindonesiawikan kata di tulisan ini: launching => luncur, vakum => hampa, ide => gagasan, elaborasi => jabarkan, basis => dasar, dan praktek => terap.

4 Comments

    1. Hehe, iya juga, agak kurang pas berarti judul saya ya…
      Sama-sama, thanks juga sudah berkunjung.

      Iya sih, dulu saya juga ngeblog susah. Pengen minimal seminggu sekali, eh akhirnya bolong berbulan2. Sekarang saya maksain. Tulis aja sekenanya. Nanti dibenahi. Kalo dari awal bingung, buat poin yang mau disampaikan. Susun kerangka (baca: kalimat ngaco yg bisa jadi kalimat utama) dari poin/ide tadi. Eh, bisa tuh sekarang nulis harian.

      Yo lah, semangat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also

Kenal, Bahasa Inggrisnya Apa?

"No knowledge, no love!" Wait what? Tiba-tiba penasaran, konsep "kenal" itu ada nggak ya…