Resensi Buku: Catatan Inspirasi dari Jepang

Bayangkan saat Anda parkir sepeda di depan mall dan menyimpan barang belanjaan keluarga Anda di keranjang sepeda. Ada telur, ada sayur, ada daging. Kemudian, Anda masuk mall dan belanja, jauh lebih lama dari yang Anda perkirakan. Saat Anda keluar dari mall, hari sudah sore. Entah kenapa ada polisi yg menunggui sepeda Anda. Padahal Anda tidak parkir sembarangan. Di samping polisi ada dua anak kecil sedang menunggu Anda.
Ternyata, siang tadi dua anak itu sedang bermain di dekat sepeda Anda dan tidak sengaja menyenggol sepeda. Satu dua telur yg ada di keranang kebetulan jatuh karena senggolan itu. Anak tersebut kemudian melapor polisi dan menunggui si empunya sepeda – Anda – untuk meminta maaf dan mengganti rugi telur yg jatuh tadi. Sampai sore. Bayangkan!
Bayangkan seorang anak SD biasa yg sudah mandiri naik kereta sendiri. Mungkin ke sekolahnya. Dia kemudian haus dan minum dari botol minum yg dibawanya. Entah mengapa dia tersedak dan tidak sengaja menumpahkan sedikit minumannya ke lantai. Tebak yg dilakukan anak itu selanjutnya? Dia mengeluarkan handuk putih olahraganya dan mengelap lantai kereta tadi hingga kering sedia kala. Bayangkan Anda melihat anak itu, apa perasaan Anda?
Bayangkan saat Anda pulang kampung, mobil Anda ditinggal di parkir. Sebulan kemudian Anda pulang. Di tempat pos, Anda menemukan amplop dari seorang tak dikenal. Isinya sebuah surat dari polisi dan sebuah surat permintaan maaf. Penulisnya meminta maaf telah menubruk mobil Anda di belakang. Katanya, dia sudah berusaha menghubungi Anda tetapi susah. Jadi kalau sudah membaca surat itu tolong telpon ke nomor xxx untuk bersama mengurus kelanjutannya ke polisi. Bayangkan, itu orang nabrak mobil entah siapa yg pemiliknya lagi dimana. Dia melapor ke polisi sendiri, mengaku. Mencari alamat rumah apartemen Anda untuk meminta maaf dan menawarkan ganti rugi. Bayangkan…
Judul Buku:
Catatan Inspirasi dari Jepang
[Kiat Sukses Kuliah dan Hidup di Jepang]
Penulis:
Abdi Pratama
Penerbit:
Kelompok Penerbit ProYou Media
Harga:
Rp28.000,- (di pameran)
ISBN:
978-602-8940-06-01
Buku ini bercerita ttg inspirasi yg berhasil penulisnya, Abdi Pratama, dapatkan di negeri sakura sana. Abdi dengan apik menceritakan pengalaman demi pengalamannya saat beliau melanjutkan studi di Jepang. Tepatnya di kota Osaka. Bahasa pengantar simpel dan renyah. Ringan sekali dan kita terbawa dengan suasana. Seolah-olah Anda tidak membaca sebuah buku tetapi membaca artikel blog saja.
Namun, meskipun bahasanya akrab laiknya tulisan populer di blog, tulisan Abdi ini tidak jatuh sampai ke level terlalu gaul, pasaran (slang), dan annoying seperti Novel Radhamantus. Tidak. Tulisannya asyik dan mengalir saja. Seperti bercerita. Pokoknya seimbang lah.
Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh orang yang ingin mengetahui kehidupan di Jepang, khususnya dari sudut pandang mahasiswa Indonesia. Bagaimana gaya hidup disana, bagaimana orang-orangnya, bagaimana aturan di Jepang. Dari berbagai pengalaman yg ditulis pun, kita dapat mengambil banyak pelajaran. Tidak hanya inspirasi yg saya kutip sedikit di awal artikel ini. Tetapi juga tips-tips dan peringatan jika kita ingin hidup di Jepang nanti.
Misalnya, bagaimana mencari apartemen. Bagaimana mengurusi pindahan. Bagaimana jenis-jenis baito alias kerja part-time. Bagaimana cara membuat SIM disana dan segala lika-likunya plus bandingannya dengan di Indonesia. Lebih dari itu, buku ini pun memberi kita petuah bahwa “Allah selalu memberikan yg terbaik”. Jika kita meminta dan berjuang hingga akhir, Allah akan merancang skenario wah tak terduga untuk membuka jalan kita. Asal kita mau berjuang.
Hanya saja, saya pikir buku ini memiliki subjudul atau jargon di kover yg cukup misleading. Buku ini menurut saya kurang cocok bagi orang yg ingin pergi ke Jepang atau kuliah dan hidup di Jepang. Alih-alih sukses di sana. Kenapa?
Memang pada mula buku, Abdi memutuskan untuk mengenalkan pembaca pada jenis beasiswa yg dapat ditempuh untuk dapat melanjutkan studi di Jepang. Pemaparannya cukup komprehensif dengan disertai contoh email ke profesor, format resume, tips beasiswa, dll. Kemudian dilanjutkan berbagai kendala dan solusi ringkas untuk dapat survive di Jepang.
Hanya saja, saya rasa pemaparan ini terlalu singkat. Hanya 50 halaman dari total 275 halaman. Sisanya adalah tulisan apik dan asyik gaya-gaya blog yg saya ceritakan tadi. Itupun saya kurang puas dengan segala ceritanya. Menurut saya, detail yg diberikan dalam setiap cerita masih kurang, dari kacamata seorang yg ingin pergi ke Jepang. Meskipun memang, panjang cerita sudah memadai untuk dinikmati dan dijadikan pelajaran.
Jumlah topik yang menjadi bahasan menurut saya juga terlalu sedikit. Bohong review dari Shofwan Al Banna yg terpampang di kover, katanya buku ini memaparkan dengan jelas tentang alif sampai ya’-nya belajar di Jepang.
Jika memang buku ini memberikan kiat sukses kuliah dan hidup di Jepang, seperti jargon di kovernya, harusnya Abdi banyak menceritakan tentang kuliah dan hidup di Jepang. Misalnya bagaimana saat beliau pertama kali sampai di Jepang? Gimana tuh, kita kan buta banget sama Jepang, terus pesawat nyampe, keluar bandara, now what! Misalnya lagi bagaimana suasana di univ atau lab. Bagaimana teman riset disana, suasana belajar, pertemanan dengan orang Jepang atau teman lab, dll. Dan juga bagaimana kehidupan muslim dan komunitas pelajar Indonesia disana. Shalat wajib, Jumat, Ied, bagaimana? Dan makan yg paling penting. Kalau mau jalan-jalan juga bagaimana, sama teman Indonesia atau satu lab? Itu baru kiat hidup dan kuliahnya, belum bagaimana supaya suksesnya.
Akan tetapi, bisa jadi rasa kurang detail dan kurang lengkap yang saya rasakan itu justru menggambarkan betapa asyiknya membaca buku ini. Di banyak halaman, tertulis bahwa detail cerita ini akan saya tulis pada buku yg berikutnya dan kalimat sejenisnya. Kalimat ini membuat saya kecewa dan terkadang ingin langsung membeli buku Abdi Pratama yg lain.
Dapat dipastikan pula bahwa buku ini cukup sesuai dengan judulnya. Bahwa banyak sekali remah-remah inspirasi yang beterbaran di negeri sakura ini. Dari negeri yg luluh lantak 68 tahun lalu dan kini masih menguasai dunia. Inspirasi-inspirasi ini tentu bisa kita jadikan pelajaran. Bagi diri sendiri atau diterapkan dalam level negara Indonesia.
Indonesia adalah negara muslim terbesar, negara kita tercinta. Namun, entah mengapa sekarang kita dapat melihat kebobrokan dimana-mana. Entah siapa yg salah. Bayangkan Indonesia memiliki anak-anak dengan akhlak sebaik anak-anak di Jepang, seperti yang diceritakan buku ini. Bayangkan, just imagine. Betapa indahnya negeri ini lima puluh tahun mendatang bukan? Jika islam itu didasari oleh tiga hal: aqidah, syariat, dan akhlak, saya rasa tidak terlalu berlebihan bahwa Jepang telah mengamalkan sepertiga dari islam. Kapan Indonesia bisa mencapai derajat yg serupa ya…
Kenal, Bahasa Inggrisnya Apa?
"No knowledge, no love!" Wait what? Tiba-tiba penasaran, konsep "kenal" itu ada nggak ya…
1 Comment