Home Bahasa Indonesiawi Sulitnya Bercakap dan Menulis Indonesiawi
Indonesiawi - June 1, 2017

Sulitnya Bercakap dan Menulis Indonesiawi

Beberapa tahun lalu, saya mengkampanyekan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama dalam tulisan. Baik dan benar disini dipandang dari sisi purist kemurnian. Jangan sampai tercampur dengan bahasa Inggris, takut-takur di masa depan jadi Indolish ntar. Kalau ada padanan kata Indonesianya, pakai! Kalau tidak ada, cari! Atau buat!

Misalnya beberapa tulisan berikut ini.

Di artikel pertama di atas bahkan saya memberi banyak contoh substitusi penyulihan dari beberapa kategori golongan kata.

Namun, sekarang setelah saya menjadi ekspat di Jepang, hal itu menjadi sangat sulit dilakukan. Super duper sulit hard chou-muzukashi parah.

Sering kali saat soudan konsultasi atau diskusi atau debat, semua bahasa campur baur. Parah. Ada sentence kalimat berbahasa Inggris, ada yang berbahasa Jepang. Di pikiran juga begitu. Segala konsep di kepala lebur semua di satu wadah, susah dipisahkan lagi. Mendokusai Repot lah ngaturnya.

Hal ini juga bisa dilihat di tulisan-tulisan saya dua tahun belakangan.

Sekarang saya mengerti titik kritik saya dahulu kala. Kenapa sih pejabat-pejabat itu kalau pidato campur-campur indonesia-inggris? Satu dua kata pakai bahasa Inggris yg padahal ada bahasa Indonesianya, dan bahkan mungkin lebih bagus dan rapi.

Ternyata emang karena kebiasaan. Bukan karena biar sok keren nginggris, atau biar terkesan pinter… Karena kebiasaan. Vocab kosa kata yang bahasa Inggris lebih familiar akrab dipakai sehari-hari, terutama di lingkungan kuliah/kerja mereka dahulu. Jadi ketika balik ke Indonesia dan pidato berbahasa Indonesia, tetap saja shouganai (waduh, apa ini bahasa Indonesianya?).

Lihat aja artikel ini. Yang kata-kata biasa aja udah susah, apalagi kalau ngobrolin soal teknis.

Jadi apa point inti artikel ini?

Nggak ada. (^^) Hanya kalau ternyata manifesto pernyataan saya dulu berlawanan dengan aksi saya sekarang, terutama di blog ini ya saya mohon maaf saja.

3 Comments

  1. Hmmm ya emang susah sih, tapi bukan berarti mustahil kan kalo terus dilatih, jadi ya menurutku kalau memang tidak bosan dan masih berniat, tetaplah berupaya untuk tidak nginggris, walaupun menurutku juga itu amat sangat susah buat para pengguna 2 bahasa ato lebih 😀 .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also

Kenal, Bahasa Inggrisnya Apa?

"No knowledge, no love!" Wait what? Tiba-tiba penasaran, konsep "kenal" itu ada nggak ya…