Home Sosial Politik Teman Sejati: There is no such thing
Sosial Politik - May 8, 2012

Teman Sejati: There is no such thing

Ketika melihat judul tentang teman sejati (jika tidak ada embel-embel lain di judul), Anda pasti mengira saya akan menulis kata-kata manis atau kata-kata puitis atau kata-kata penggugah atau kata-kata renungan tentang seorang teman. Tenang saja, saya tidak memenuhi kepala Anda dengan kalimat menyesakkan tersebut dan saya juga tidak ahli merangkai kata-kata seperti itu.

Sejati berasal dari kata dasar jati. Jika kita lihat di kamus KBBI daring, kita akan mendapatkan arti sebagai berikut.

ja·ti a murni; asli;
se·ja·ti a sebenarnya (tulen, asli, murni, tidak lancung, tidak ada campurannya):

Jadi apa maksud dari teman sejati? Padanan dalam bahasa Inggrisnya adalah real friend atau true friend. Semuanya dapat dimaknai menjadi teman yang sebenarnya.

Memangnya bagaimana teman yang sebenarnya? Menjabarkan teman saja kita sudah kesulitan, coba lihat tulisan saya sebelum ini Menjabarkan Pergaulan : Kenalan, Teman, Sahabat, dan Istilah Lainnya. Seperti yang tertulis dalam tulisan tersebut, istilah teman sendiri dipakai dalam lingkup yang sangat luas. Pada intinya, teman itu hanyalah orang yang pernah bersama dengan kita pada suatu hal dalam rentang waktu yang cukup, bisa tempat, kejadian, atau aktivitas. Baik orang yang memang akrab maupun cuma sekedar satu kelas, semua  Anda labeli dengan kata teman. Bukan begitu?

Dengan kata lain, teman sejati adalah orang yang setidaknya pernah bareng (minimal satu  kondisi apa pun, saat belajar, ngopi, atau nge-dota). Sedikit di atas kenalan yang sekedar kenal. Bayangkan Anda sering main dindong di Timezone suatu pusat belanja, kemudian sering bertemu seseorang. Setelah pernah main ding-dong bareng beberapa kali, jika ditanya siapa dia Anda akan menjawab: teman main dindong. Apakah dia bukan teman Anda? Tentu saja teman bukan. Teman beneran bukan, walau hanya dalam lingkup dindong. Itu artinya orang tersebut sudah termasuk teman sejati aka teman beneran aka bukan sekedar kenalan dong. Sama bobotnya dengan teman yang selalu rela membangunkan Anda untuk shalat subuh.

Itulah gambaran luasnya penggunaan kata teman dan susahnya menggarisi mana yang sejati dan bukan.

Ya udahlah, elo kan nulis teman itu maknanya terlalu luas. Elo juga mbagi tingkatan teman jadi tiga kan. Tinggal tarok aja teman sejati itu teman yang paling dekat, yang paling ngerti, yang ngebantu elo. Itu teman sejati, gampang kan.

笑わせない!Dengan menyebut seseorang adalah teman sejati kita, apakah kita menafikan bahwa teman yang lain itu adalah teman palsu (lawannya real friend berarti fake friend kan). Banyak sekali orang palsu disekitar kita kalau begitu. Itu artinya kita menuduh mereka berteman dengan kita karena ada motif-motif tersembunyi di belakangnya.

Kemudian, apakah berarti orang yang akrab harus mengerti kita seluruhnya supaya bisa dianggap teman? Coba lihat: teman sejati = teman sebenarnya. Dengan kata lain yang dianggap teman. Apakah Anda mengganggap nabi palsu itu nabi? Tentu hanya nabi beneran yang kita anggap nabi. Simpulannya, teman sejati adalah orang yang dianggap teman, bukan begitu?

Iya sih, tapi kan ada juga kan orang yang emang kayak gitu… Jadi teman ada maksud-maksud tertentu.

Oke lah, saya setuju ada orang yang mungkin dia sekolah di Institut Intel Negara sehingga ditugaskan untuk memata-matai Anda dan menjadi teman Anda. atau setidaknya mungkin ada orang yang berteman untuk ada. Jika itu yang kita maksudkan sebagai teman palsu, berapa sih jumlahnya? Saya tebak sih tidak mencapai 50%, karena jika berarti lebih saya rasa yang salah adalah diri Anda sendiri. Dengan demikian, sisanya adalah teman sejati dong. Akan tetapi, bukankah kepercayaan populer menyatakan bahwa teman sejati itu jumlahnya sedikit dan dia yang selalu setia dengan kita dalam suka dan duka (duh, muncul lagi istilah baru teman setia, kayak budak kali ya selalu setia).

Ah, terus mau elo apaan sih!

Frasa teman sejati itu membingungkan. Untuk barang, kata sejati mungkin kita bisa gunakan mobil ini mobil Ford sejati atau saya ini orang Indonesia sejati. Untuk teman, rasanya kata sejati kurang dapat saya terima karena alasan-alasan seperti di atas tadi.

Frasa teman setia juga tidak diperlukan. Teman itu tidak perlu selalu setia. Bukannya selalu setia berarti selalu membenarkan apa yang kamu berbuat? Lalu bagaimana kita bisa membenahi diri jika teman itu membiarkan kita, jika kita tidak dikoreksi, membiarkan kita terjerumus ke hal yang salah. Apa gunanya teman kalau begitu. Teman juga tidak perlu bersama dalam setiap suka dan duka kita. Tidak memilih momen antara suka dan duka mungkin cukup, bisa menemukan waktu yang pas untuk menenangkan kita itu lebih baik, menolong di saat kita susah dan dia susah paling baik. Akan tetapi, selalu ada saat dibutuhkan, selalu ada saat suka dan duka? Kayak tidak ada kerjaan lain aja itu teman. Eh, aduh. Maaf, saya akhirnya terjerumus ke kata-kata puitis juga di awal alinea ini.

Kembali ke topik. Tentu saja, saya tidak menafikan pandangan bahwa ada orang yang bisa sangat peduli dengan kita, seberapa pun rumitnya pandangan saya terhadap teman. Jika yang dimaksud dengan teman sejati itu adalah yang akrab dengan kita, yang membantu di kala susah, yang mengerti kita, bla-bla-bla-bla, marilah kita gunakan istilah sahabat. Pendek, cuma satu kata. Istilah ini pun sudah cukup sakral dan jarang untuk digunakan. Cukup menggambarkan.

Jadi simpulan kita adalah: tidak ada yang namanya teman sejati. Lalu, kenapa judulnya pakai bahasa Inggris? Hehe, biar bisa ada paragraf pertama seperti di tulisan ini dan inti “tidak ada” nya tidak menjadi fokus dari judul.

Ini adalah pendapat saya. Jika tidak setuju, silakan ungkapkan pendapat Anda. Sekalian meramaikan blog.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also

Kenal, Bahasa Inggrisnya Apa?

"No knowledge, no love!" Wait what? Tiba-tiba penasaran, konsep "kenal" itu ada nggak ya…