Yang Pendek Yang Asyik

Di dunia ini, banyak hal pendek yang lebih disukai ya. Misalnya yang umum adalah kelas aksel, fast-track, beli ijazah. Semuanya lebih pendek dari biasa. Lebih disukai. Rute yang lebih pendek. Harga yang pendek. URL pendek. Rok pendek juga.
Dalam perihal kebahasaan, sesuatu yang pendek pun lebih asyik. Kalimat, ya pendek saja. Tidak perlu lah kalimat super bertingkat. Paragraf pendek saja. Jangan banyak-banyak kalimat. Bahkan pagragraf ini pun kalimatnya pendek-pendek. Menulis artikel atau esai, ya pendek saja. Kalau tidak, nanti tl;dr. Susah dibaca.
Lihat saja detik.com. Apa? Berita cuma seumprit. Paling ya cuma dua tiga paragraf. Yang satu kalimat juga banyak. Yang panjang, berisi, berbobot, jarang banget. Bahkan beritanya sering tidak valid. Akan tetapi, lakunya detik.com tidak bisa dipungkiri. Laris manis.
Lihat lagi Twitter. Satu kicauan maksimal 160 karakter 140 karakter saja! Kayak Lebih pendek dari sms gan! Terbatas sekali. Betapa sengsaranya menulis di sana. Namun, apa yang terjadi? Jejaring sosial paling hot ya Twitter. Facebook sudah agak lesu. Itu-itu melulu, katanya. Twitter-lah yang selalu update. Dengan fitur seminim itu, sekecil itu, saja dia sering cegukan. Laris manis.
Dalam memilih kata pun, yang pendek lebih digemari. Contohnya saja kata canggih. Begitu diperkenalkan ke publik, kata sophisticated langsung tidak laku. Kepanjangan soalnya. Kata game juga lebih asyik dibanding permainan. Lebih pendek. Contohnya lagi: paper dibanding makalah, RS dibanding rumah sakit, rudal dibanding peluru kendali. Hm, kayaknya bagus ya pembentukan kata baru dengan menyingkat cem rudal ini. Perlu diperbanyak.
Masalahnya, menulis pendek itu susah. Terlebih lagi kalau ingin berbobot. Pendek tetapi berbobot. Amboi, bagaimana caranya?
Menulis pendek bisa lebih lama dari menulis panjang. Harus dipikir dulu. Mana yang bisa dikurangi tanpa mengurangi esensi.
I have made this letter longer than usual, because I lack the time to make it short — Blaise Pascal[1]
Blaise Pascal[1]
Di Twitter, konyolnya, orang memecah artikel panjang menjadi puluhan tuit. Itu tandanya pendek bukan yang utama. Pendek memang asyik. Namun, isi lebih penting. Hanya saja, Twitter keburu tenar. Orang kepalang tanggung memakainya. Mumpung fans disana, cara konyol tak apa lah.
Ngomong, ngomong. Paragraf di artikel ini kok jadi mirip tuit yang terpisah-pisah itu juga ya.
Segini dulu deh. Sudah kepanjangan. Mau dipendekin lagi susah.
Mari kita belajar menulis. Menulis yang pendek saja. Kalau susah, dari yang panjang dulu, lalu dipendekin.
Eh, tapi kan katanya ibu-ibu suka yang panjang?
Ah, itu kan katanya. Lagian ngapain nyambung ke situ sih!
Kenal, Bahasa Inggrisnya Apa?
"No knowledge, no love!" Wait what? Tiba-tiba penasaran, konsep "kenal" itu ada nggak ya…
postingan sya jga pendek2…
wrong, 1 tweet itu 140 karakter crut.
Btw, emang biasanya lebih suka yg pendek, cepet *makanya ada si sumly itu*. Tapi, kalau masalah dibaca atau enggak, gak terlalu ngaruh sih. Yang penting openingnya. Even, kadang2 lebih suka tulisan panjang, dalam artian tuntas dan mendetil.
Tapi, balik lagi ke tujuan awal sih. Toh, LOTR yg 3 jilid itu juga laku. 7 seri harry potter juga. Tapi, komik strip macam xkcd juga sangat menyenangkan. Dan di sisi lain, komik panjang2 semacam The Oatmeal juga menarik.
*cih, tadi mau nulis komen yang lebih panjang dari postingan blognya. Tapi ya sudah lah ya
Oh 140 ya. Haha, nggak pernah nuit soalnya saya. Seringnya SMS doang. 😀
Ya, sebenarnya sih maksud saya “pendek” itu senada dengan http://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Too_long;_didn't_read.
Dan saya juga udah bilang kan. Sebenarnya bukan pendek yang utama tetapi isinya. Kalau novel, dan elemen ceritanya sangat banyak ya kalo kependekan nggak bagus ceritanya.
Kalo tulisan teknis ya bagusnya tuntas dan mendetail. Tapi bukan melebar kemana-mana, kan?Kalau bisa lebih ringkas dengan nilai sama, kayaknya lebih seksi kan. ^^
Dan pada artikel di atas, saya meramu tulisan sedemikan rupa dengan mengusahakan setiap kalimat/paragraf yang tertulis pendek-pendek sehingga tidak bertingkat-tingkat seperti pada tulisan kebanyakan misalnya pada skripsi atau pada kalimat super panjang ini yang susah dan capek dibaca dan penulisnya terlihat seperti malas untuk mengubah struktur kalimat menjadi mudah dipahami. Yang pendek lebih asyik.
That’s my point.
Yay, komentar saya lebih panjang!
kalo saya, selalu pengen mengucapkan kalimat pendek tapi bermakna
seperti rasul yang dikaruniai Jawami’ul kalim, kalimat singkat dan penuh hikmah
sip!